PENS-ITS --> LLU

It Was TEKNOLOGI INFORMASI,Now LLU

Sabtu, 15 Desember 2007

Mengangkat Kelenjar Prostat dengan Bantuan Robot

Anda seorang pria, dan telah berusia 50 tahun? Jika benar begitu, tak ada salahnya Anda mulai mewaspadai kemungkinan adanya masalah pada prostat. Maklum, pada pria seusia Anda, risiko mengalami gangguan prostat memang makin besar.

Adalah kanker prostat, salah satu masalah prostat yang perlu diwaspadai. Pada tahap dini, kanker prostat biasanya tidak menunjukkan gejala. Namun, ketika kanker prostat memasuki stadium lebih lanjut, gejalanya baru timbul seperti: sering buang air kecil terutama pada malam hari, sulit buang air kecil, aliran air kemih yang tersendat-sendat, rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, air kemih berdarah hingga kesulitan ereksi dan ejakulasi yang menyakitkan.

Penderita kanker prostat stadium awal biasanya disarankan menjalani Radical Prostatectomy untuk membuang seluruh kelenjar prostat di belakang tulang kemaluan. Operasi prostatektomi konvensional atau kerap disebut operasi terbuka menimbulkan luka iris operasi (insisi) sepanjang 12-15 cm.

Pada Radical Retropubic Prostatectomy, operasi dilakukan dengan membuka perut bagian bawah dan membuat irisan menyerupai huruf T terbalik, sedangkan pada Radical Perineal Prostatectomy, dokter membuat irisan menyerupai huruf U terbalik di antara buah zakar dan lubang anus. Bagi pasien, luka irisan sepanjang 12-15 cm itu menimbulkan rasa sakit yang tidak ringan. Belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan pascaoperasi. Setidaknya usai operasi diperlukan minimal lima hari untuk beristirahat di ranjang rumah sakit.

Namun, berkat perkembangan teknologi medis, kini operasi pengangkatan kelenjar prostat bisa dilakukan dengan bantuan robot. Operasi dengan bantuan robot dikenal dengan sebutan Laparoscopic Radical Prostatectomy (LRP).

Dengan LRP, tidak dibutuhkan luka iris sepanjang belasan sentimeter. Cukup lima sayatan kecil sepanjang satu sampai 1,5 cm. Efeknya, tentu rasa sakit yang lebih ringan.

Singapore General Hospital (SGH) adalah rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan teknologi LRP. Sejumlah wartawan dari Indonesia, termasuk Republika, bertemu dengan Dr Tan Yeh Hong, konsultan Departemen Urologi SGH, di Singapura, dua pekan lalu, dan memperoleh penjelasan mengenai kecanggihan robot tersebut yang diberi nama da Vinci atau lengkapnya da Vinci Robotical Surgical System.

Robot da Vinci didesain agar mampu meniru pandangan dan gerakan tangan ahli bedah. Pada praktiknya, seorang dokter mengoperasikan empat tangan robot dari sebuah surgeon console. Dalam console itu terdapat layar dengan gambar tiga dimensi yang berasal dari kamera di dalam tangan robot yang masuk ke dalam perut. ''Gerakan tangan robot mengikuti gerakan tangan dokter dalam console,'' jelas Tan.

Dibanding prosedur prostatektomi konvensional, LRP memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi karena cakupan pandang dokter yang lebih luas. Selain itu, tangan robot memiliki gerakan yang lebih halus dan akurat, sehingga prosedur pengangkatan kelenjar prostat menjadi lebih mudah. Keuntungan lainnya, tangan robot tidak bergetar seperti tangan manusia.

Luka insisi yang lebih kecil pada LRP, menurut Tan, memungkinkan pasien pascaoperasi hanya menjalani rawat inap paling lama tiga hari. Setelah operasi, pasien bahkan tidak memiliki pantangan makanan sama sekali. ''Sudah bisa langsung mandi pada hari pertama atau kedua, bahkan mereka yang bekerja di kantor tanpa intensitas fisik yang berarti bisa segera bekerja lima sampai tujuh minggu kemudian,'' tuturnya.

Keuntungan lain yang mungkin menjadi hal paling melegakan bagi pria adalah risiko impotensi yang lebih rendah. ''Karena cakupan visualisasi yang lebih luas itu, maka risiko syaraf yang terputus jadi lebih minim.''

Namun, Tan mengingatkan, operasi pengangkatan kelenjar prostat hanya dapat dilakukan pada penderita kanker prostat tahap dini. Pada penderita tahap lanjut ketika kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain maka dibutuhkan prosedur pengobatan yang berbeda, seperti kemoterapi dan radioterapi.

Sejak pertama kali menggunakan robot da Vinci pada Maret 2003, SGH sudah mengoperasi lebih dari 220 pasien kanker prostat. Diakui Tan, sejak memanfaatkan metode LRP ini, SGH sangat jarang mengoperasi pasien dengan operasi terbuka. ''Cuma satu-dua kali saja, itupun karena kasusnya tidak bisa dikerjakan dengan bantuan robot.''

Dia memastikan, robot yang dibeli dari Amerika Serikat seharga 2,5 miliar dolar Singapura itu tidak pernah ngadat saat menjalankan tugas. Namun Tan mengakui, ketika mengikuti pelatihan di AS, ia sempat mengalami kondisi di mana robot da Vinci rusak ketika sedang mengoperasi pasien.

SGH memasang tarif 26 ribu dolar Singapura untuk operasi pengangkatan prostat dengan teknologi robot yang berlangsung selama dua sampai tiga jam ini. Tarif ini lebih mahal dibanding biaya operasi konvensional yang 'hanya' 15 ribu dolar Singapura.

Da Vinci untuk jantung
Selain digunakan pada operasi pengangkatan prostat, robot da Vinci dapat digunakan pada operasi jantung. Seperti dijelaskan Dr Lim Chong Hee, konsultan senior pada Departemen Bedah Cardiothoracic National Heart Centre (NHC), Singapura, robot da Vinci bisa digunakan untuk operasi perbaikan katup mitral jantung yang penutupannya tidak sempurna. Robot yang sama juga bisa dimanfaatkan pada operasi bypass pembuluh darah koroner jantung.

Seperti pada operasi prostat, pasien pascaoperasi jantung dengan bantuan robot da Vinci juga lebih cepat sembuh karena luka iris yang lebih kecil. Hanya saja, sejauh ini NHC belum banyak melakukan operasi dengan bantuan robot da Vinci. Ini karena operasi jantung dengan bantuan robot da Vinci justru lebih rumit dibanding operasi dengan tangan manusia. Kondisi ini berbeda dengan operasi pengangkatan prostat yang lebih mudah dilakukan dengan bantuan robot da Vinci ketimbang tangan manusia semata. Sejak pertama kali melakukan bedah dengan bantuan robot pada Februari 2003, NHC baru mengoperasi lima pasien.

Pada operasi yang berlangsung selama lima sampai enam jam itu, pasien dikenakan biaya 33 ribu dolar Singapura. Sedangkan operasi jantung dengan metode konvensional hanya membutuhkan waktu tiga jam dengan biaya 25 ribu dolar Singapura. Mengapa operasi dengan bantuan robot malah lebih lama? ''Karena pasiennya sedikit, maka dokter pun jadi belum memiliki banyak pengalaman dalam mengoperasi dengan robot,'' aku Lim.


Deteksi Dini Kanker Prostat

Deteksi dini merupakan langkah penting, apalagi dalam soal kanker. Begitu pun para pria, disarankan untuk melakukan deteksi dini kanker prostat ketika menginjak usia 50 tahun.

Selain bertambahnya usia, jelas Dr Tan Yeh Hong, risiko kanker prostat juga meningkat pada pria yang banyak mengkonsumsi daging merah atau produk susu yang tinggi lemak. Sejarah keluarga juga memengaruhi kemungkinan seorang pria menderita penyakit ganas ini. ''Bila ada first degree family member yang terkena kanker prostat, risiko keturunannya menderita penyakit ini menjadi lebih besar.''

Kanker prostat terjadi ketika sel dalam kelenjar prostat tumbuh tidak terkendali, membentuk benjolan yang berangsur membesar dan menghalangi saluran kemih. Kelenjar prostat adalah bagian utama sistem reproduksi pria, dan terkait erat pula dengan sistem saluran kemih.

Deteksi dini menjadi sangat penting karena kanker prostat tahap dini biasanya tidak menimbulkan gejala. Keluhan yang mengganggu mulai muncul ketika penyakit sudah mencapai stadium lanjut. Ini yang biasanya 'mengecoh' penderita. Padahal, jika ditemukan pada stadium dini, peluang keberhasilan pengobatan menjadi lebih besar. Lain halnya jika pengobatan dilakukan saat kanker sudah dalam stadium lanjut. Peluang kesembuhan menjadi sangat kecil.

Tidak ada komentar:

Laman